Pendidikan Anak dalam Islam
Pendidikan anak adalah perkara yang sangat penting di dalam Islam. Di
dalam Al-Quran kita dapati bagaimana Allah menceritakan petuah-petuah Luqman
yang merupakan bentuk pendidikan bagi anak-anaknya. Begitu pula dalam
hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita temui banyak juga
bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak, baik dari perintah maupun perbuatan
beliau mendidik anak secara langsung.
Seorang pendidik,
baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab
mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri islam.
Tentang perkara ini, Allah azza wa jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”.
(At-Tahrim: 6)
Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam
Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggungjawaban”
Untuk itu -tidak bisa tidak-, seorang guru atau orang
tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta
bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini, Rasulullah
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beberapa tuntunan tersebut antara lain:
1.
Menanamkan Tauhid dan Aqidah yang Benar kepada Anak
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa tauhid
merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan
mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid dia
pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta
kekekalan di dalam adzab neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah
kehendaki” (An- Nisa: 48)
Oleh karena itu, di dalam Al-Quran pula Allah kisahkan
nasehat Luqman kepada anaknya. Salah satunya berbunyi:
يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang
besar”.(Luqman: 13)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah
memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh ini ketika beliau mengajari anak
paman beliau, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan. Ibnu Abbas
bercerita,
“Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang
Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan
mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau
memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah
kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul
untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat
hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat
bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia)berkumpul untuk
mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu
telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat,
dan telah kering lembaran-lembaran”.
Perkara-perkara yang diajarkan oleh Rasulllah
shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas di atas adalah perkara tauhid.
Termasuk aqidah yang perlu ditanamkan kepada anak sejak
dini adalah tentang di mana Allah berada. Ini sangat penting, karena banyak
kaum muslimin yang salah dalam perkara ini. Sebagian mengatakan bahwa Allah ada
dimana-mana. Sebagian lagi mengatakan bahwa Allah ada di hati kita, dan beragam
pendapat lainnya. Padahal dalil-dalil menunjukkan bahwa Allah itu berada di
atas arsy, yaitu di atas langit. Dalilnya antara lain,
“Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” (Thaha: 5)
Makna istiwa adalah tinggi dan meninggi sebagaimana di dalam
riwayat Al-Bukhari dari tabi’in.
Adapun dari hadits,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada
seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab, “Allah di
langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab, “Engkau
Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya
dia adalah wanita mu’minah”. (HR. Muslim dan Abu Daud).
2.
Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah
Hendaknya sejak kecil putra-putri kita diajarkan
bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa serta beragam
ibadah lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku
shalat” (HR. Al-Bukhari).
“Ajarilah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka
berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berusia sepuluh tahun
(bila tidak mau shalat-pen)” (Shahih. Lihat Shahih Shahihil Jami’ karya Al-Albani).
Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat,
maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan
melatih mereka dari dini, insya Allah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa
dengan ibadah-ibadah tersebut.
3.
Mengajarkan Al-Quran, Hadits serta Doa dan Dzikir yang
Ringan kepada Anak-anak
Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan surat-surat yang
pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru khusus bagi mereka
yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits. Begitu pula dengan doa
dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai menghapalkannya, seperti doa
ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.
4.
Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang
Mulia
Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami seperti makan
dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan,
mengucapkan salam, dll.
Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada mereka
akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang
tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda,
serta beragam akhlaq lainnya.
5.
Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan
Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari
beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok,
judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada
orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya.
Termasuk ke dalam permasalahan ini adalah musik dan
gambar makhluk bernyawa. Banyak orangtua dan guru yang tidak mengetahui keharaman
dua perkara ini, sehingga mereka membiarkan anak-anak bermain-main dengannya.
Bahkan lebih dari itu –kita berlindung kepada Allah-, sebagian mereka
menjadikan dua perkara ini sebagai metode pembelajaran bagi anak, dan
memuji-mujinya sebagai cara belajar yang baik!
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda tentang musik,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ
اَلْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sungguh akan ada dari umatku yang menghalalkan zina,
sutra, khamr dan al-ma’azif (alat-alat musik)”. (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Abu
Daud).
Maknanya: Akan datang dari muslimin kaum-kaum yang
meyakini bahwa perzinahan, mengenakan sutra asli (bagi laki-laki, pent.), minum
khamar dan musik sebagai perkara yang halal, padahal perkara tersebut adalah
haram.
Dan al-ma’azif adalah setiap alat yang bernada dan
bersuara teratur seperti kecapi, seruling, drum, gendang, rebana dan yang
lainnya. Bahkan lonceng juga, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
“Lonceng itu serulingnya syaithan”. (HR. Muslim).
Adapun tentang gambar, guru terbaik umat ini
(Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) telah bersabda,
كُلُّ مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ، يَجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ
صُوْرَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسًا فَتُعَذِّبُهُ فِي جَهَنَّمَ
“Seluruh tukang gambar (mahluk hidup) di neraka, maka
kelak Allah akan jadikan pada setiap gambar-gambarnya menjadi hidup, kemudian
gambar-gambar itu akan mengadzab dia di neraka jahannam”(HR. Muslim).
إِنِّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَاباً عِنْدَ اللهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ اَلْمُصَوِّرُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang paling keras siksanya di
sisi Allah pada hari kiamat adalah para tukang gambar.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu hendaknya kita melarang anak-anak kita
dari menggambar mahkluk hidup. Adapun gambar pemandangan, mobil, pesawat dan
yang semacamnya maka ini tidaklah mengapa selama tidak ada gambar makhluk
hidupnya.
6.
Menanamkan Cinta Jihad serta Keberanian
Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah keberanian Nabi
dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam agar mereka
mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan sahabat-sahabat beliau
seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membebaskan
negeri-negeri.
Tanamkan pula kepada mereka kebencian kepada
orang-orang kafir. Tanamkan bahwa kaum muslimin akan membebaskan Al-Quds ketika
mereka mau kembali mempelajari Islam dan berjihad di jalan Allah. Mereka akan
ditolong dengan seizin Allah.
Didiklah mereka agar berani beramar ma’ruf nahi munkar,
dan hendaknya mereka tidaklah takut melainkan hanya kepada Allah. Dan tidak
boleh menakut-nakuti mereka dengan cerita-cerita bohong, horor serta menakuti
mereka dengan gelap.
7.
Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i
Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian
sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki
dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari
model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan
aurat.
Tentang hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang meniru sebuah kaum, maka dia termasuk
mereka.” (Shahih, HR. Abu Daud)
Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah agar mereka
mengenakan kerudung penutup kepala sehingga ketika dewasa mereka akan mudah
untuk mengenakan jilbab yang syar’i.
Demikianlah beberapa tuntunan dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidik anak. Hendaknya para orang tua dan
pendidik bisa merealisasikannya dalam pendidikan mereka terhadap anak-anak. Dan
hendaknya pula mereka ingat, untuk selalu bersabar, menasehati putra-putri
Islam dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jangan membentak atau mencela
mereka, apalagi sampai mengumbar-umbar kesalahan mereka.
Semoga bisa bermanfaat, terutama bagi orangtua dan para pendidik.
Wallahu a’lam bishsawab.
Diringkas oleh Abu
Umar Al-Bankawy dari kitab Kaifa Nurabbi Auladana karya Syaikh Muhammad Jamil
Zainu dan hadits-hadits tentang hukum gambar ditambahkan dari Hukmu Tashwir
Dzawatil Arwah karya Syaikh Muqbil bin Hadi.
Pendidikan Anak dalam Pandangan Rasulullah Saw
Dalam
kehidupan rumah tangga, salah satu masalah terpenting yang harus diperhatikan
secara seksama oleh kedua orangtua adalah masalah pendidikan dan pengajaran
ilmu pengetahuan kepada anak-anak. Ayah dan ibu harus membentuk kepribadian dan
watak anak-anaknya yang baik dan soleh dan juga menghormatinya. Salah satu
bentuk bantuan yang bisa diberikan orangtua untuk mendorong anak-anak mereka
menjadi anak-anak yang baik adalah, dengan mempersiapkan lingkungan yang sehat
dan mendukung, dimana orangtua menyediakan lahan untuk anak-anak mereka
sehingga bisa berkembang mencapai kesempurnaannya.
Haruslah
disadari bahwa setiap perilaku dan perkataan kedua orangtua, sekecil apapun itu
dapat berpengaruh terhadap anak-anak, dan sekarang ini telah terbukti bahwa
seluruh ucapan dan tindakan setiap manusia -kepada bayi sekalipun- dapat
berpengaruh bahkan pada segala unsur fisik yang berkenaan dengannya.
A.
Kedudukan
anak
Rasulullah
Saw dalam menjelaskan kedudukan anak-anak umatnya di dalam lubuk penciptaan
bersabda, "Setiap cermin bayi umatku lebih aku cintai ketimbang apa yang
dipancarkan matahari kepada mereka".
Di dalam
dari setiap manusia tersembunyi benih-benih kebahagiaan, yang jika dipupuk dan dipelihara
dengan benar, masing-masing dari mereka akan menjadi pohon kebaikan yang
nantinya akan memiliki gerak yang sesuai bagi kesempurnaan manusia. Salah satu
dari benih-benih itu adalah memiliki anak yang saleh. Rasulullah Saw bersabda,
"Salah satu kebahagiaan manusia adalah memiliki sahabat-sahabat yang saleh
dan anak yang baik".
Tidak
sedikit hadis-hadis dan riwayat yang senada dengan ini, riwayat-riwayat yang
memusatkan perhatiannya kepada lingkungan keluarga, yaitu lingkungan keluarga
yang dipenuhi oleh nilai-nilai suci Ilahi dan maknawi. Surga ditumbuhi
bunga-bunga yang semerbak harumnya, dan anak yang soleh adalah salah satu dari
bunga-bunga itu, ia adalah bunga yang mekar di dalam lingkungan serupa surga
yang diciptakan oleh ayah dan ibunya.
Anak
-terlepas dari adat istiadat dan kebiasaan yang diserapnya dari masyarakat-
adalah cerminan dari budaya, moral, keimanan dan nilai-nilai yang dianut dan
terpatri di dalam wujud kedua orangtua dan keluarga. Hal tersebut dikarenakan
ayah dan ibu lah yang menumbuhkan benih-benih kesempurnaan wujudnya pada wujud
anak-anak mereka. Anak-anak tidak akan tumbuh seperti yang kita inginkan, akan
tetapi mereka tumbuh seperti adanya kita sekarang.Sehubungan dengan hal ini
Rasulullah Saw bersabda, "Allah Swt menganugerahkan anak kepada manusia
dalam kondisi fitrah yang suci, jiwa yang sehat dan berbahagia, dan kedua
orangtualah yang menjadikannya celaka dan tersesat layaknya diri mereka
sendiri".
Rasulullah
Saw memerintahkan kedua orangtua untuk berusaha mendidik anak-anak mereka dan
bersabda, "Hormatilah anak-anak kalian dan hiasilah mereka dengan etika
yang baik".
Salah satu
bentuk penting penghormatan kepada anak-anak dan pendidikan mereka adalah
anjuran dan dorongan kepada mereka untuk melakukan shalat dan menjalin hubungan
dengan Tuhan. Bentuk yang lain dari etika penting dalam mendidik anak adalah
memilih nama yang baik bagi mereka. Nama-nama yang dipakai oleh anggota-anggota
keluarga menunjukkan nilai-nilai yang dianut oleh keluarga tersebut, bahkan
kita dapat memahami semangat dan kecenderungan yang dimiliki oleh bangsa-bangsa
dari nama-nama yang mereka gunakan. Betapa banyak anak-anak yang dikarenakan
kesalahan dari orangtua mereka dalam memilih nama dan pendidikan etika yang
tidak benar mengalami krisis kepribadian di tengah masyarakat. Nama yang
digunakan manusia memiliki peran yang menentukan dalam pendidikan dan garis
hidupnya. Rasulullah Saw kepada Ali bin Abi Thalib as bersabda, "Wahai
Ali! Hak seorang ayah adalah memberikan nama yang baik kepada anaknya,
mendidiknya dengan baik dan menempatkannya pada posisi yang layak di tengah
masyarakat."
B.
Pendidikan
sebelum pengajaran
Tujuan
terpenting agama suci Islam adalah pendidikan dan perbaikan individu-individu
masyarakat manusia sehingga masyarakat manusia menjadi bersih dari
kotoran-kotoran dan pencemaran-pencemaran ruh dan jiwa. Jelas, bahwa tanpa
pendidikan dan perbaikan, pengajaran ilmu pengetahuan dan hikmah kepada manusia
bukan saja tidak akan menciptakan sebuah masyarakat ideal (madinah fadhilah), tetapi
justru akan menjadi perusak masyarakat itu sendiri. Berkenaan dengan hal ini
Imam Khomeini berkata:
"Yang
menjadi ancaman bagi dunia bukanlah senjata-senjata, bayonet, roket-roket atau
yang sejenisnya.Apa yang sedang menjerumuskan planet ini ke jurang dekadensi
adalah penyimpangan akhlak.Jika tidak ada penyimpangan-penyimpangan akhlak,
tidak ada satupun dari senjata-senjata ini yang membahayakan manusia. Apa yang
sedang menarik manusia dan negara-negara ke jurang kehancuran dan dekadensi
adalah kemerosotan-kemerosotan yang ada pada para pemimpin negara-negara yang
sedang berkuasa atas pemerintahan-pemerintahan ini, mereka sedang menciptakan
kemerosotan akhlak, mereka sedang menggiring seluruh umat manusia ke arah
jurang kemerosotan dan dekadensi."
Rasulullah
Saw dengan meletakkan program penyucian, perbaikan dan pendidikan manusia dalam
agenda kerjanya, dalam waktu yang tidak lama dan dengan tidak dimilikinya
fasilitas-fasilitas pendidikan dan pengajaran seperti yang kita miliki di zaman
ini, mampu menyumbangkan pribadi-pribadi teladan seperti Ali as dan Fathimah
kepada masyarakat manusia.Sehubungan dengan ini Ali as berkata:
"Sesungguhnya
kalian tahu kedudukan dan posisiku di sisi Rasulullah Saw.Aku dibesarkan beliau
di pangkuannya, dan meletakkan aku di dada mulianya sehingga tercium olehku bau
harum tubuhnya, beliau menyuapi aku makanan dan beliau tidak pernah sekalipun
mendapati aku berbohong dalam perkataan, dan salah dalam perbuatan.
Aku selalu
bersama Rasulullah Saw layaknya anak di sisi ibunya, setiap hari beliau
menancapkan panji-panji kemuliaan akhlak di dalam wujudku dan memerintahkan aku
supaya mengikutinya."
Dengan
menghabiskan anggaran yang luar biasa besar untuk sistem pendidikan, masyarakat
manusia sampai saat ini masih belum mampu menyumbangkan kepada dunia,
pribadi-pribadi seperti Imam Ali as dan para maksum (manusia suci) lain yang
terdidik di sekolah Rasulullah Saw yang menjamin kesempurnaan jiwa manusia.
Akan tetapi
jangan dibayangkan bahwa tercapainya kesempurnaan bagi selain manusia maksum
adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena setiap manusia sesuai dengan kadar
usaha dan kerja kerasnya dengan cara mengais sedikit demi sedikit ilmu dari
sumber yang menjamin kesempurnaannya, dapat mencapai kesempurnaan yang sesuai
dengan diri dan usahanya secara baik. Tidak diragukan bahwa orang-orang besar
adalah orang-orang yang dididik di dalam keluarga-keluarga yang di sana tercium
bau harum tarbiah Rasulullah Saw, tarbiah yang menjamin bagi tercapainya
kesempurnaan manusia.
C.
Kasih sayang
kepada anak-anak
Selama masa
hidupnya, anak-anak kita harus merasakan rasa kasih sayang semaksimal mungkin,
karena Raulullah Saw dengan teladan dan tindakannya serta dengan
petunjuk-petunjuknya yang terang memerintahkan umat beliau untuk melakukannya:
Rasulullah
Saw di pagi hari mengelus kepala anak-anaknya dengan tangannya yang mulia.
Dinukil dalam sebuah riwayat, "Suatu hari Rasulullah Saw dengan cepat
menyelesaikan shalat jamaahnya dan orang-orang yang hadir pada waktu itu
bertanya alasannya.Beliau bersabda,"Apakah kamu tidak mendengar suara
tangis anak kecil?" Betapa Nabi Muhammad Saw dengan kedudukannya yang
tinggi menghadapi setiap masalah dengan ketelitian.
Dan dalam
riwayat yang lain disebutkan, "Allah Swt akan mencatat setiap ciuman ayah dan
ibu terhadap anaknya sebagai kebaikan dan barangsiapa yang menggembirakan
anaknya Allah Swt kelak di Hari Kiamat akan memakaikan untuknya baju yang
karena cahaya baju itu, muka-muka penduduk surga akan bersinar."
Di antara
perkara penting yang patut diperhatikan dalam dalam menunjukkan cinta dan kasih
sayang kepada anak-anak, ialah menepati janji yang diberikan oleh kedua
orangtua kepada anak-anaknya. Rasulullah Saw berkenaan dengan hal ini bersabda,
"Cintailah anak-anak, berkasih sayanglah dengan mereka dan setiap kali
kalian berjanji kepada mereka, tepatilah janji kalian itu.Karena anak-anak
beranggapan bahwa mereka menerima rezeki dari tangan kalian".
Masalah
lain yang menyulitkan bagi keluarga adalah tidak sejalannya orangtua dalam
berprilaku terhadap anak-anak dan kurangnya perhatian kepada tuntutan seusia
mereka, Rasulullah Saw bersabda, "barangsiapa yang memiliki anak,
berperilakulah kepadanya layaknya seorang anak".
D.
Anak-anak
yang bermasyarakat
Dalam agama
Islam sebagai madrasah yang menjamin kesempurnaan manusia, cara hidup seperti
biarawan (menyendiri) dan anti sosial dilarang untuk dilakukan. Rasulullah Saw
bersabda, "Manusia adalah makhluk sosial dan agama suci Islam menekankan
dan mendorong manusia untuk bermasyarakat."
Salah satu
tugas terpenting orangtua dan juga lembaga kebudayaan dan pendidikan adalah
meletakkan pondasi akhlak dan pendidikan Islam terhadap masyarakat dalam
berperilaku dengan sesama. Menurut Islam titik awal interaksi ini tidak lain
adalah mengangkat dan menebar nilai-nilai perdamaian dan kerukunan, dan ini
terlihat dari perilaku saling mengucapkan salam kepada sesama. Guna membangun
pondasi nilai-nilai agung ini dalam tubuh masyarakat, Rasulullah Saw bersabda,
"Selama aku masih hidup aku tidak akan meninggalkan untuk selalu
memberikan salam kepada anak-anak sehingga itu menjadi karakter dalam
masyarakat dalam bentuk sunah (tradisi)".
Jika kita
lihat perkara ini dari sudut pandang yang lain, kita akan saksikan bahwa
Rasulullah Saw dengan amal perbuatannya sedang mengajarkan kepada umat manusia
dan mengatakan kepada mereka, "Wahai sekalian manusia! Wahai masyarakat
manusia! Jika kalian ingin memiliki sebuah masyarakat yang dipenuhi dengan
kedamaian, keselamatan dan kerukunan, mulailah dari diri kalian sendiri,
hiasilah diri kalian dengan akhlak yang indah dan amalkan semua perkataan
kalian sehingga anak-anak kalian akan terdidik dengan baik." (IRIB
Indonesia / Taqrib / SL)
Daftar pustaka:
sumber referensi :
1. Website blogger : http://miakusmi.blogspot.com/
2. http://www.wiramandiri.wordpress.com
3. Disarikan dari buku Peyombar A'zam Syam e Jam e Afarinesh. Selasa, 2012 Juli 10 07:22